Adsense Indonesia

Wednesday 29 May 2013

SENI DAN BUDAYA YANG SUDAH MULAI ASING DI MATA MASYARAKATNYA SENDIRI

Berikut beberapa kesenian/budaya khas daerah Kalimantan Selatan yang pada masa sekarang ini tampaknya sudah menjadi asing bagi masyarakatnya sendiri. Untuk itu di sini aku akan memberikan sedikit gambaran dari kesenian-kesenian/budaya-budaya tersebut agar setidaknya kita (khususnya masyarakat Kal-Sel), masih bisa mengenal, mencintai, melestarikan dan mengembangkan kesenian/budaya khas daerah kita yaitu Kalimantan Selatan.

MADIHIN
Madihin (berasal dari kata madah dalam bahasa Arab yang berarti "nasihat", tapi bisa juga berarti "pujian") adalah sebuah genre puisi dari suku Banjar. Puisi rakyat anonim bergenre Madihin ini cuma ada di kalangan etnis Banjar di Kalsel saja. Sehubungan dengan itu, definisi Madihin dengan sendirinya tidak dapat dirumuskan dengan cara mengadopsinya dari khasanah di luar folklor Banjar.

Madah merupakan syair yang mempunyai rima yang sama pada suku akhir kalimat. Madah mengandung puji - pujian, nasehat atau petuah. Namun, dalam perkembangannya, humor atau lulucuan, sindiran yang sehat, juga disuguhkan oleh Pamadihinan (orang yang membawakan madihin).

Untuk bisa menjadi seorang Pamadihinan, seseorang harus (1) terampil dalam hal mengolah kata sesuai dengan tuntutan struktur bentuk fisik Madihin yang sudah dibakukan secara sterotipe, (2) terampil dalam hal mengolah tema dan amanat (bentuk mental) Madihin yang dituturkannya, (3) terampil dalam hal olah vokal ketika menuturkan Madihin secara hapalan (tanpa teks) di depan publik, (4) terampil dalam hal mengolah lagu ketika menuturkan Madihin, (5) terampil dalam hal mengolah musik penggiring penuturan Madihin (menabuh gendang Madihin), dan (6) terampil dalam hal mengatur keserasian penampilan ketika menuturkan Madihin di depan publik. Tak ketinggalan, Pamadihin juga harus terampil berimprovisasi yaitu secara spontan menciptakan syair tanpa persiapan terlebih dahulu (dadakan).

Pada masa sekarang jarang sekali ada orang yang berminat menjadi Pamadihinan. Apakah kesenian Madihin dapat tetap lestari ? Adakah orang yang masih mau meneruskan dan melestarikan kesenian Madihin ?


 MUSIK PANTING




Musik Panting adalah musik tradisional suku Banjar di Kalimantan Selatan. Disebut musik panting karena didominasi oleh alat musik yang dinamakan panting, yaitu sejenis gambus yang memakai senar (panting).

Pada masa sekarang, generasi muda lebih memilih musik-musik modern seperti band dan sebagainya. Akankah ada generasi muda yang peduli dan memilih untuk melestarikan kesenian khas daerahnya ini ?


MAMANDA


Mamanda adalah seni drama khas Kalimantan Selatan. Biasanya dalam Mamanda juga diselingi dengan tarian khas dan musik khasnya.

Sekarang sudah jarang sekali ditemui pertunjukkan seni Mamanda ini. Kalupun ada, mungkin jumlahnya sangat sedikit.


WAYANG KULIT BANJAR



Wayang Kulit Banjar adalah wayang kulit yang berkembang dalam budaya suku Banjar di Kalimantan Selatan maupun di daerah perantauan suku seperti di Indragiri Hilir.

Sejarah wayang kulit Banjar berwal dari dibawanya pengaruh wayang kulit Jawa dari kerajaan Majapahit yang pada masa itu telah menguasai wilayah Kalimantan Selatan. Majapahit menyebarkan pengaruh agama Hindu dengan jalan pertunjukkan wayang kulit. Akan tetapi pada masa itu pertunjukkan wayang kulit tersebut kurang dapat dinikmati oleh masyarakat Banjar karena banyak menggunakan repertoar dan ideom-ideom jawa, yang sulit dipahami masyarakat setempat.

Pada saat memudarnya kerajaan Majapahit dan mulai berdirinya Kerajaan Islam, agama Islam mulai berkembang. Pertunjukkan wayang kulit mulai diadaptasi dengan muatan-muatan lokal yang terus berlangsung sampai akhirnya wayang kulit itu berubah dan sesuai dengan citra rasa dan estetika masyarakat Banjar.

Sekarang Wayang Kulit Banjar , telah menjadi seni pertunjukan yang berdiri sendiri dan memiliki ciri-ciri spesifik yang membedakannya dengan jenis wayang kulit lainnya, baik dari segi bentuk, musik/gamelan pengiring, warna , ataupun tata-cara memainkannya.


WAYANG GUNG


Wayang Gung adalah sejenis kesenian wayang orang pada suku Banjar di Kalimantan Selatan.

Wayang Gung juga memiliki ciri khas yang membedakannya dengan wayang orang lainnya, seperti musik pengiring, bahasa pengantar dalam pertunjukan, dan sebagainya.

Selain beberapa kesenian khas Kalimantan Selatan di atas, masih ada beberapa kesenian/budaya khas Kalimantan Selatan yang sudah sangat jarang sekali ditemui dibandingkan dengan kesenian-kesenian di atas.


KUDA GEPANG



Kuda gepang merupakan tarian khas Kalimantan Selatan.

Kesenian ini sudah sangat jarang ditemui dan mungkin sangat asing bagi masyarakatnya sendiri.


BAUSUNG



Budaya usung adalah salah satu budaya unik yang tumbuh dan berkembang di Kalimantan Selatan.

Usung artinya gendong. Sepasang mempelai sebelum disanding di pelaminan terlebih dahulu diusung oleh dua orang penari. Diiringi gamelan, dua orang penari sambil menggendong kedua mempelai menari mengikuti irama gamelan ditengah pandangan para undangan yang menyaksikan acara tersebut.

Masa sekarang, acara perkawinan lebih sering menyuguhkan pertunjukkan organ tunggal, orkes dangdut, dan sebagainya. Namun, tradisi Bausung ini sepertinya sudah dilupakan begitu saja. Jarang sekali ditemui acara bausung di acara-acara perkawinan pada masa sekarang.

Demikian beberapa gambaran kesenian/budaya khas Kalimantan Selatan yang sudah asing di mata masyarakatnya sendri. Selain beberapa kesenian/budaya khas Kalimantan Selatan di atas, masih ada beberapa lagi seperti Balamut, Baayun Anak, dan sebagainya.

Kehidupan kesenian/budaya khas Kalimantan Selatan sudah hampir tipis, bahkan mengalami krisis kemusnahannya. Sebagian dari kesenian/budaya khas Banjar sudah jarang ditampilkan dalam acara-acara hiburan hari-hari besar atau acara perayaan daerah misalnya pada hari jadi kota, kabupaten atau pun pada hari jadi provinsi. Bahkan, lomba-lomba kesenian/budaya khas Banjar pun sudah jarang sekali dilaksanakan.
Hal itulah yang menyebabkan kesenian/budaya khas daerah Kalimantan Selatan dianggap asing di mata masyarkatnya sendiri.

Akhirnya aku hanya bisa berharap semoga masih ada masyarakat Banjar yang mampu menghargai, melestarikan, dan membanggakan kesenian/budaya daerahnya sendiri, khususnya para generasi muda.

Semoga saja…!!!



(Mizmar Akromi, 2013, data diolah dari berbagai sumber)

No comments:

Post a Comment